1. Pola kolam (Perikanan Organik)
Pemberian kompos,
pemasangan gorong-gorong dengan penambahan M-22. Ekosistem kolam
yang stabil dengan munculnya biodiversitas air menjamin hasil panen
yang prima. Air kolam tidak bau, tidak rigid mengganti air akan
mengurangi biaya produksi secara umum dan tersedianya pakan ikan alam
(plankton), akan mengurangi biaya pembelian kosentrat. Dalam hal ini,
pengkolam harus paham dan pintar membuat kompos.
2. Fermentasi kosentrat
Kosentrat tersedia dalam keadan kering dengan kadar air 10 %. Bila
langsung ditebarkan ke kolam dan dimakan ikan, dalam perut akan
mengembang. Ini tidak jarang membuat perut ikan kembung yang biasanya
diikuti dengan kematian. Karena itu ada baiknya kosentrat direndam air
dulu sebelum ditebar. Perendaman akan jadi lebih baik bila tidak hanya
air tawar biasa, tetapi dalam bahan sisa dengan kandungan gizi tinggi.
Dalam tandon air (drum) siapkan 50 liter air “godokkan” kedelai dari
produk sisa (limbah cair) pabrik tempe atau “leri” cucian beras.
Tambahkan probiotik fermentasi (M-22) 500 ml, 1 Kg gula pasir, 0,5
Kg Calcium carbonat (plamir tembok), vitamin C (Ester C) dan Vitamin B
Complek secukupnya. Canpuran bahan tersimpan dalam keadaan tertutup.
Sebelum kosentrat ditebar aduk dan rendam dengan air kedelai campuran
dan simpan dalam keadaan tertutup setidaknya 0,5 – 1 jam. Jangan
kelebihan air supaya tidak berubah jadi bubur. mengembangnya kosentrat
dengan fermentasi akan meningkatkan nilai nutrisi selain tingkat
penyerapan pakan oleh ikan. Kebutuhan kosentrat akan terkoreksi dan
kematian ikan karena perut gembung bisa dihindarkan.
3. Ramban tanaman sekitar kolam
Ramban adalah istilah mencari pakan dedaunan untuk ternak. Ikan juga
sama dengan ternak, terutama golongan herbivora, sangat suka dengan
dedaunan (bila golongan herbivora seperti gurameh, bawal mau, golongan
karnivora seperti lele pasti juga mau). Lamtoro, turi, kates, lumbu,
bayam dll bisa dipilih sebagai pakan alternatif. Maka tidak salah
pengkolam juga berlaku sama seperti peternak dalam hal mencari ramban.
Bila mau kreatif tanam bayam gajah seputar kolam ikan. Secara periodik
bayam bisa dipanen. Bayam akan cepat tumbuh bila disiram dengan air
kolam.
4. Menanam tanaman air
Bila dedaunan bisa menjadi
sumber pakan alternatif, maka ada baiknya berpikir kreatif untuk
menanam tanaman air. Bisa dipilih tanaman seperti kangkung, azola pinata
(moto lele atau kayu apu). Bisa ditanam secara terpisah atau menjadi
satu dengan kolam induk. Bila menjadi satu, tanaman air selain bisa
untuk sumber pakan juga sebagai regulator ekosistem. Bahan biokimia yang
tidak perlu oleh limbah kolam bisa disedot akar tanaman. Sebaiknya
dilokalisir dalam satu keramba kolam. Ini untuk mengontrol jumlah
tanaman air. Sebab bila terlalu banyak juga menghambat tumbuhnya
biodiversitas air sebagai sumber plankton. Secara periodik tanaman air
bisa dikeluarkan dari keramba untuk pakan ikan. Tipe azola baiknya
varian yang kecil dan sedang. Varian azola yang besar dipilih bila
sekaligus hendak mendapat azola sebagai sumber kompos untuk pertanian.
Yang menarik adalah kangkung. Tidak hanya ikan yang mau. Kita juga doyan
dengan kangkung. Bila jumlah kangkung cukup, kolam ikan bisa bersanding
dengan beternak kelinci. Untuk ini buat rakitan dari belahan bambu dan
kemudian disemai dengan kangkung di atasnya. Semakin sering dipetik
kangkung bertumbuh dengan lebat.
5. Limbah pasar dan limbah rumah makan
Bila ramban tidak bisa dilakukan (kolam perkotaan), kita bisa mendapat
sumber dedaunan dari limbah pasar. Kol, sawi, selada dll bisa di dapat
di pasar. Para penjual biasanya hanya memilih yang bagus untuk dijual
dan sisanya adalah limbah pasar. Tidak hanya dedaunan yang bisa didapat
dari pasar. Isi dari tembolok ayam, isi dari “betetan” perut ikan,
daging atau ikan yang sudah kadaluwarso (busuk). Masih banyak lagi
daftar dari limbah pasar yang bisa dimanfaatkan untuk ikan. Selain dari
limbah pasar, limbah dari rumah makan seperti nasi sisa dan daging sisa
dari para pembeli bisa dipikirkan untuk pakan ikan. Adalah pas berkerja
sama dengan usaha catering untuk mendapat sisa makanan usai pesta.
6. Limbah RPH (rumah potong hewan)
Rumah potong hewan adalah sumber potensisal untuk mendapat pakan ikan
alternatif. Isi rumen dan abemasum (babat) dari hewan rumenansia (sapi,
kambing, kerbau) bisa dilirik sebagai sumber pakan ikan. Isi babat 1
ekor sapi bisa 10 – 20 kg. Ini merupakan irisan kecil dari dedaunan yang
dimakan sapi lengkap dengan kehidupan probiotik dalam rumen. Isi
lambung – usus besar kita dapatkan kotoran yang berpotensi untuk dibuat
kompos. Darah kering, cakar, kepala bebek, usus ayam biasanya tidak
sempat dirawat bisa dimanfaatkan untuk pakan ikan. Tidak kalah penting
untuk mendapat sumber pakan dari peternakan ungags (bebek, ayam, burung
puyuh), khususnya untuk mendapat unggas yang mati. Biasanya karena
tingkat polusi kandang memicu tingginya kematian unggas. Namun harus
hati-hati memanfaatkan jenis pakan dengan kandungan protein tinggi.
Kelebihan pakan jenis ini yang berarti berjibunnya bahan organik dapat
memicu pembusukan kolam. Baiknya direbus terlebih dahulu sebelum
diberikan. Air rebusan setelah dingin bisa dimasukkan kolam. Diberikan
secukupnya dan selebihnya bisa disimpan dalam bentuk fermentasi.
Sediakan drum penampungan dan tambahkan probiotik fermentasi (M-22).
Rendam setidaknya 3 – 5 minggu baru diberikan ke kolam. Biasanya
sebagian sudah berubah dalam bentuk belatung.
7. Membuat belatung
Di negeri sebelah, pakan utama beternak ikan adalah pengembangan
belatung. Ini artinya setting pakan ikan adalah limbah pertanian (justru
karena itu kita berpikir bahwa limbah pertanian adalah kekuatan
produktif untuk pertanian). Siapkan bahan-bahan dengan kandungan protein
tinggi. Ini bisa air kaldu, rebusan daging, rebusan ikan, atau ikan dan
daging yang kedaluwaro, tepung ikan, kotoran unggas dari kandang
intensif, dll. Bisa dibuat parutan ketela, diperkaya dengan bekatul dan
bahan-bahan berprotein lain (lihat tabel pakan). Tambahkan probiotik
fermentasi (M-22) disiapkan dalam kondisi tertutup. Dalam beberapa
hari akan muncul belatung. Sediaan ini bisa dibuat kering maupun basah.
8. Membuat kosentrat by lokal
Kosentrat adalah kosentrasi dari bahan-bahan makanan. Hitungannya
adalah nilai nutrisi dari bahan pendukunnya. Jadi menarik apakah tidak
bisa dikerjakan sediri meramu dari berbagai bahan khususnya limbah
pertanian atau limbah industri yang berbasis pertanian. Bahan seperti
janggel jagung, rendeng kedelai, bekatul, polart, bungkil kelapa, tepung
ikan, tetes tebu, lysin, triptonin, vitamineral, dll bisa diramu
sendiri dengan memperhitungkan nilai nutrisinya. Dapatkan conten tabel
pakan untuk lokal Indonesia. Bahan-bahan dijadikan tepung kemudian
dipelleting. Bila tidak punya alat sesederhana mungkin untuk membuat
pellet, bisa diberikan dalam bentuk tabur. Hendaknya dipastikan dulu
untuk dilakukan fermentasi dengan M-22. Pellet tidak harus
mengambang. Untuk kebutuhan mengambang sediaan harus dibuat pada tingkat
berat jenis di bawah 1. Atau dibuat kering sampai kadar air hanya 10 %.
Yang penting adalah nilai nutrisi yang diberikan untuk kebutuhan ikan.
Bahkan seperti gurami dan udang malah bagus dalam bentuk pakan
tenggelam. Yang pasti pellet akan dicari ikan sepanjang sudah dimasukkan
kolam.