Sabtu, 07 September 2013

Mengenal Dan Mengatasi Penyakit Pada Ikan Lele



Hama dan penyakit pada budidaya lele menjadi salah faktor penentu keberhasilan bisnis ini. Menanggulangi penyakit lele merupakan salah satu upaya mekmaksimalkan budidaya lele. Meski pengetahuan dan cara menanggulangi penyakit pada budidaya lele cukup penting terkadang diabaikan oleh peternak lele, apalagi jika usaha lele ini hanya menjadi usaha sampingan atau bisnis skala usaha kecil. Banyak kejadian lele tiba-tiba mati mendadak dalam jumlah besar atau satu per satu mati dan akhirnya tidak bisa panen. Pertanyaan dan keluhan mengenai cara mengatasi penyakit pada ikan lele cukup sering kita dengar sehingga penting bagi para pembudidaya lele untuk memiliki pengetahuan di dalam hal ini. Hama ikan Lele ukuran besar nampak secara kasat mata misalnya kucing, ular,Linsang. Untuk lele bibit di sawah  hama lele bisa datang dari kodok, Ucrit dan burung pemakan ikan dan hewan-hewan lain. Penyakit pada ikan lele biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang tidak kasat mata.
Penyakit Biasa Menyerang Ikan Lele
Penyakit Biasa Menyerang Ikan Lele
Penyakit pada ikan lele cukup beragam dan memerlukan penanganan yang berbeda-beda tergantung jenis penyakitnya. Untuk mengetahui jenis penyakit apa yang menimpa ikan lele peliharaan kita, bisa dilihat dari gejala-gejala luar ikan lele. Meski lele termasuk ikan yang tahan hidup dalam air yang berkualitas buruk, tetapisanitasi air memegang peranan penting dalam menunjang kesehatan lele.
Penyakit pada ikan lele biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang bersifat parasit yang hidup pada tubuh ikan lele, mikroorganisme ini biasanya berupa virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil. Beberapa penyebab penyakit pada ikan lele antara lain:
1. Penyakit karena Bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla
Bentuk bakteri ini seperti batang dengan cambuk yang terletak di ujung batang, dan cambuk ini digunakan untuk bergerak. Ukurannya 0,7-0,8 x 1-1,5 mikron.
Gejala Lele Terserang Bakteri ini : warna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan. Lele bernafas megap-megap di permukaan air.
Pencegahan: lingkungan harus tetap bersih, termasuk kualitas air harus baik.
Pengobatan: melalui makanan antara lain pakan dicampur Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7-10 hari berturut-turut atau dengan Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3-4 hari.
2. Penyakit tuberculosis yang disebabkan bakteri Mycobacterium fortoitum
Gejalanya: tubuh ikan berwarna gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip.
Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam.
Pengobatan: dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5-7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5-15 hari.
3. Penyakit karena Jamur/Cendawan Saprolegnia.
Penyebab: jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya lemah.
Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas.
Pengendalian: benih gelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5-3 ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate 0,1-0,2 ppm selama 1 jam atau 5-10 ppm selama 15 menit.
4. Penyakit bintik putih dan gatal (Trichodiniasis)
Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis.
Gejala:
(1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air;
(2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang;
(3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam.
Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya.
Pengobatan: dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran larutan formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12-24 jam, kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari.
5. Penyakit cacing Trematoda
Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip.
Gejala: insang yang dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu.
Pengendalian:
(1) direndam formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit;
(2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam;
(3) menyelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium Permanganat (KMnO4) 0,01% selama ±30 menit;
(4) memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit;
(5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama ±10 menit.
6. Parasit Hirudinae
Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan.
Gejala: pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga menyebabkan anemia/kurang darah.
Pengendalian: Selalu diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.
Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor penyebabnya, kemudian kondisi tersebut harus segera diubah.
Penyakit yang menimpa ikan lele biasanya terjadi karena lingkungan air yang tidak baik, misalnya tercemar oleh zat-zat berbahaya, kepadatan tebar yang terlalu besar dan perubahan suhu yang drastis. Pada kondisi demikian daya tahan ikan lele menurun dan mudah terserang penyakit. Penyakit pada lele bisa juga berasal dari bibit lele sudah membawa penyakit dari asalnya, hanya belum menunjukkan gejala sakit saat ditebar. Untuk itu perlu berhati-hati dalam memilih bibit lele. Cara lain mengatasi penyakit ikan lele adalah mengkarantina ikan lele sakit pada kolam karantina yang diberi garam ikan, selain dengan pengobatan-pengobatan tersebut.

Mengatasi Gurami Sakit Radang Insang

Gurami yang sakit karena radang insang/busuk insang biasanya akan lebih sering berada di permukaan kolam untuk mengambil nafas dan membuat gelembung udara (jawa : mlupuk). Selain itu gurami yang sakit gerakannya lemah dan nafsu makan turun bahkan tidak mau makan sama sekali. Pada kondisi yang lebih parah bisanya gurami hanya mengambang/menggantung di permukaan air dan bila bergerak oleng.
Ada beberapa perlakuan yang dilakukan s untuk menangani gurami yang terkena radang insang. Secara garis besar perlakuan untuk gurami yang terkena radang insang yang diaplikasikan  adalah :
  1. Kurangi kepadatan gurami di dalam kolam
  2. Ganti separuh air kolam dengan air baru atau bisa juga gurami dipindah ke kolam lain yang sebelumnya telah diberi 1 tutup botol Mioter 22 /m3 air
  3. Selama perlakuan ini pakan pelet dihentikan dulu dan gurami cukup diberi pakan daun.
  4. Jika dalam 3-4 hari sudah tidak ditemui gurami yang mengambang di permukaan air maka pemberian pelet sudah bisa dilanjutkan kembali.

Selasa, 03 September 2013

Pakan lele dari ampas tahu

Dalam usaha Budidaya lele ini, kami berusaha membuat ramuan organik yang berbahan dasar "Ampas Tahu" dengan tujuan agar lele dapat berkembang seperti di habitat aslinya yaitu memakan makanan yang berasal dari bahan organik sehingga ikan lele akan tumbuh sehat dan menghasilkan panenan yang lebih besar daripada ikan lele yang di beri pakan dari bahan nonorganik. Selain itu juga untuk menekan atau mengurangi biaya pengeluaran serta mengurangi menumpuknya limbah dari Ampas Tahu tersebut.
Berikut kami akan ulas dan beberkan teknik pembuatan pakan lele dari "Ampas Tahu". Sebelumnya persiapkan bahan-bahan seperti berikut:
  • Ampas Tahu
  • Prebiotik M-22
  • Tetes
  • Temulawak
  • Ragi tape
  • Obat herbal/hormon
Sedangkan cara pembuatannya adalah sebagai berikut:
  • Siapkan tong plastik kemudian masukkan ampas tahu (1kg ), ragi tape (2 butir), dicampur jadi satu, lalu tong ditutup dengan plastik dengan rapat. diamkan selama 3 hari dan setiap 12 jam sekali dibuka dan diaduk
  • Setelah 3 hari, campur fregmentasi tadi (Ampas Tahu) dan ragi tape dengan prebiotik (2 tutup), temu lawak ( 5 sendok, cair), tetes (2 sendok), hormon (2 tutup/sendok). 
  • Diberikan lele kapasitas kolam 2000 bibit untuk 1 hari diberikan 4x (pagi, siang, sore, dan malam)
  • Catatan: Takaran diatas hanya diberikan lele umur 2 minggu, untuk umur 2 minggu berikutnya tambahkan 1kg lagi Ampas Tahu dan takaran bahan lainnya sesuai ketentuan di atas.

Prebiotik, Probiotik dan Sibiotik

Definisi umum probiotik atau dikenal dengan mikroorganisme “baik” adalah preparat yang terdiri dari mikroba hidup yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia atau hewan secara oral. Mikroba hidup itu diharapkan mampu memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan manusia atau hewan dengan cara memperbaiki sifat-sifat yang dimiliki mikroba alami yang tinggal di dalam tubuh manusia atau hewan tersebut. Syarat-syarat probiotik yang baik adalah probiotik harus tetap dalam keadaan hidup, daya untuk bertahan hidup ketika melalui saluran pencernaan dan manfaat kesehatan yang dapat dibuktikan keberadaannya.

Prebiotik didefinisikan sebagai ingredien yang tidak dapat dicerna yang meng-hasilkan pengaruh menguntungkan terhadap inang dengan cara menstimulir secara selektif pertumbuhan satu atau lebih sejumlah mikroba terbatas pada saluran pencernaan sehingga dapat meningkatkan kesehatan inang. Suatu ingredien pangan dapat diklasifikasikan sebagai prebiotik bila memenuhi persyaratan berikut; Pertama, tidak terhidrolisis atau terserap pada saluran pencernaan bagian atas; Kedua, secara selektif dapat menstimulir pertumbuhan bakteri yang menguntungkan pada kolon; dan ketiga, dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen, sehingga secara sistemik dapat meningkatkan kesehatan.

Sinbiotik (Eubiotik) adalah kombinasi probiotik dan prebiotik. Penambahan mikroorganisme hidup (probiotik) dan substrat (prebiotik) untuk pertumbuhan bakteri misalnya fructooligosaccharide (FOS) dengan bifidobacterium atau lactitol dengan lactobacillus. Keuntungan dari kombinasi ini adalah meningkatkan daya tahan hidup bakteri probiotik oleh karena substrat yang spesifik telah tersedia untuk fermentasi sehingga tubuh mendapat manfaat yang lebih sempurna dari kombinasi ini.

jadi bila diringkas

Prebiotik = Adalah sumber energi alami untuk bakteri sehat
Probiotik = Adalah strain tertentu dari bakteri sehat
Sinbiotik = kombinasi probiotik dan prebiotik

Organik cara hidup sehat

Pangan organik sudah menjadi trend masa kini. Ketika orang-orang sadar bahwa kesehatan adalah bagian yang sangat penting dalam hidup, maka orang mulai berpikir ada cara-cara yang bisa di lakukan untuk mencapai hidup yang sehat.
Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi pangan organik. Pangan organik adalah pangan yang dalam prosesnya menggunakan sistem ramah lingkungan dan bebas dari zat kimia yang berbahaya bagi tubuh.
Berikut delapan alasan mengapa harus mengkonsumsi pangan organik :

1. Untuk menjadi sehat minimal kita dapat mulai dengan apa yang kita makan

sehari-hari. Karena nasi (beras) adalah 60% s/d 70% dari total yang kita makan setiap hari , jadi nasi ( beras ) sangatlah berpengaruh bagi kesehatan kita. Bayangkan berapa milli gram unsur kimia yang masuk dalam tubuh kita setiap hari .?


2. Berhenti mengkonsumsi bahan-bahan kimia.

Semua panganan yang dibudidaya secara konvensional menggunakan pestisida sintetis/kimia) mengandung residu bahan-bahan kimia. Semua jenis pestisida merupakan bahan Karsinogenic (Zat yang ditimbulkan karena pembakaran yang bisa merangsang tumbuhnya kanker).

3. Melindungi Anak.

Anak-anak mudah terserang racun daripada orang dewasa. Sebuah penelitian dilakukan pada tahun 1980-an menyimpulkan bahwa rata-rata anak-anak terkena bahan beracun penyebab kanker empat kali lebih banyak dari pada orang dewasa, dimana sebagian berasal dari jenis-jenis makanan anak-anak yang mereka makan. Memilih makanan memiliki sebuah efek penting bagi kesehatan anak di masa depan.

4. Melindungi kualitas air, udara dan tanah.

Mengkonsumsi pangan organis berarti kita ikut serta dalam pemulihan ekosistem yang telah rusak serta berperan serta secara aktif menjaga keseimbangan alam.
Adabeberapa racun-racun POP (Persistent Org Pollutant)yang perlu diwaspadai akibat dari pemakaian pestisida sintetis/kimia selain DDT yang terdapat dalam tanah, udara dan air, diantaranya adalah :
aldrin, chlordane, dieldrin, endrin, heptachlor, mirex, toxaphenyl, hexachlorobenzene, PCB (polychlorinated biphenyls), dioxin, furans.

5. Melindungi Kesehatan Pekerja Pertanian.

Dengan mengkonsumsi produk organis berarti turut membantu perjuangan mereka bagi sebuah lingkungan kerja yang sehat.

Contoh kasus :

a. 18 Penduduk transmigrasi di Lampung Utara meninggal akibat racun tikus, TBC atau kanker saluran pernafasan.
b. 12 orang petani di klaten meninggal dunia akibat racun DDT.


6. Mendukung Petani-petani Lokal Bersakala Kecil.

Membantu komunitas kita untuk mencapai ketahanan pangan.

7. Produk Organis Sebenarnya Tidak Mahal.

Banyak biaya tersembunyi jika kita membeli produk-produk yang diproduksi secara konvensional. Harga rendah pangan-pangan konvensional menandakan bahwa para pekerja pertanian tidak menerima upah yang adil.
Seorang ibu berkomentar setelah mengkonsumsi pangan organis, diantaranya adalah : “semenjak makan beras organik, keluhan rasa sakit mulai berkurang. Jadi kami bisa menghemat uang untuk ke Dokter dan berobat dan suami dapat bekerja seperti biasa”. “Produk organis lebih tahan lama,tidak cepat basi, begitupun berasnya, beras organis tidak cepat bau apek, sehingga saya dapat menyimpan sayuran organis dan berasnya lebih lama. Inikan dapat menghemat uang belanja!”.

8. Rasa Pangan Organik Lebih Baik.

Menurut orang yang terbiasa mengkonsumsi pangan organis, terasa lebih manis dan renyah, dan kesegarannya juga lebih beraroma wangi, empuk, dan lebih awet.


PESTISIDA PERANAN DAN BAHAYANYA

Tidak bisa dipungkiri bahwa pestisida adalah salah satu hasil teknologi modern dan mempunyai peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Penggunaannya dengan cara yang tepat dan aman adalah hal mutlak yang harus dilakukan mengingat walau bagaimanapun, pestisida adalah bahan yang beracun.
Penggunaan pestisida yang salah atau pengelolaannya yang tidak bijaksana akan dapat menimbulkan dampak negatif baik langsung maupun tidak langsung bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Mengutip data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Program Lingkungan Persatuan Bangsa-bangsa (UNEP), 1-5 juta kasus keracunan pestisida terjadi pada pekerja yang bekerja di sector pertanian.
Sebagian besar kasus keracunan pestisida tersebut terjadi di negara berkembang, yang 20.000 diantaranya berakibat fatal. Jumlah keracunan yang sebenarnya terjadi diperkirakan lebih tinggi lagi, mengingat angka tersebut didapati dari kasus yang dilaporkan sendiri oleh korban, maupun dari angka statistik.
Banyak kasus keracunan yang terjadi di lapangan tidak dilaporkan oleh korban sehingga tidak tercatat oleh instansi yang terkait. Di Indonesia sebagai negara agraris di mana sebagian besar Penduduknya bermata pencaharian di sector pertanian, sejak repelita ke-3 telah melakukan berbagai program untuk Penyehatan Lingkungan Pemukiman dalam upaya pengamanan pestisida.
Namun hingga kini masih didapat kasus-kasus keracunan pestisida yang cukup serius pada para pelakuk di sector pertanian.

FAKTA DAN DATA AKIBAT BURUK PESTISIDA

Fakta-fakta dilapangan menunjukkan bahwa :
  1. Diketemukannya data penyakit-penyakit akut yang diderita pada kelompok petani, seperti hamil anggur pada isteri-isteri petani di Lembang.
  2. 12 orang petani di Klaten meninggal dunia akibat keracunan pestisida.
  3. 18 penduduk transmigrasi di Lampung Utara meninggal akibat racun tikus, penyakit kulit eksim basah, TBC, kanker saluran pernafasan.
  4. Ditemukan katak cacat tanpa sebelah kaki akibat penggunaan pestisida kimia oleh staf pengajar Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan Fak. Kehutanan IPB.
  5. Penipisan cangkang telur burung elang.
  6. 25% dari 2400 wanita pada tahun antara 1959 – 1966 yang pernah melahirkan bayi dengan bobot di bawah normal memiliki kandungan DDT yang telah terurai pada darahnya lima kali lebih besar dari kadar normal.
  7. Tahun 2001 terjadi kematian pada ayam-ayam di sekitar lahan pertanian akibat akumulasi paparan pestisida yang terbawa angin. (Kusnadi Umar Said,Puncak Jawa Barat).
Data tersebut diatas di ambil dari berbagai sumber termasuk informasi darimajalah pertanian. Jadi prospek 2 sampai 5 tahun mendatang pangan organic merupakan trend komoditas bisnis yang sangat bagus.
Apabila dalam memenuhi pasar lokal yang masih minim prosentasenya dalam menguinakan pangan organik. Sementara pemerintah kita sedang gencar – gencarnya untuk menanam pertanian Organik.

Berbagai seminar- seminar sudah sering dilakukan baik itu pihak departement pertanian , departement kesehatan , para pejabat teras, bulog bahkan LSM-LSM pun turut serta dalam berpartisipasi agar masyarakatindonesiadan para petaninya agar untuk mengkosumsi dan menanam pangan Organik.

Sekarang rata-rata para petani diIndonesiasudah banyak yang membuka lahan dan mengembangkan pertanian organic. Terbukti menurut Komentar para Petani yang sudah 5 sampai dengan 8 tahun mengembangkan dan membudidayakan pertanian organik , income dari petani tanaman organic menuju keadaan membaik daripada petani dengan pertanian kimiawi / anorganik.

Alasannya disamping pendapatan hasil pertaniannya meningkat plus mereka juga menikmati pola dan gaya sehat secara alamiah dan murah.

Sumber Asli: LeleOrganik

Manfaat Daun Ketapang Bagi budidaya perikanan



Daun Ketapang disebutkan sebagai resep asia untuk mengatasi persoalan air. Kebanyakan ikan tropis yang hidup di sungai dan danau memiliki air yang berwarna gelap kecoklat-coklatan. Ditemukan fakta bahwa ikan cupang yang tinggal di sekitar air gelap akibat ketapang, jauh lebih sehat dan indah.

Ketapang adalah pohon yang mirip pagoda besar, merupakan tanaman asli asal Malaysia dan Indonesia. Daun-daunnya berwarna hijau dan menjadi merah terang setelah menua.
Daun-daun yang menua akan menguning dan berguguran. Oleh orang Indonesia tanaman ini digunakan sebagai obat penyakit kulit. Riset terakhir membuktikan bisa menyembuhkan penyakit hipertensi.

Ketapang yang memiliki nama latin: Terminalia Catappa, atau biasanya disebut juga kenari tropis, badamier, Kenari Pulau Jawa, kenari liar, Kenari Orang India, Myrobalan, Malabar Kenari, Kenari Singapura, Huu Kwang, Kenari Laut, Kobateishi.

Pohon ini dikenal menghasilkan suatu racun pada daun-daunnya untuk mempertahankan dirinya terhadap serangga parasit. Daun-daun yang mengeringkan jatuh masuk ke sungai akan menimbulkan warna coklat kuat. Larutan ini penuh dengan asam organik seperti humic dan tannin.

Daun Ketapang yang mengering dapat melepaskan asam organik seperti humic dan tannin, yang dapat menurunkan pH air, dan menyerap bahan-kimia berbahaya dan memberikan kondisi air yang nyaman bagi ikan.
Asam humic, adalah suatu campuran yang komplek pembusukan sebagian bahan-bahan organik. Asam humic dari air tawar berasal dari beberapa sumber, terbanyak datang dari tanah hasil pembusukan tanaman. Zat ini terbawa air masuk ke sungai dan danau dan berubah sepanjang perjalanannya hingga ke laut.

Asam Humic mengandung belerang, fosfor dan nitrogen serta bermacam-macam zat lain seperti Ca, Mg, Cu, Zn dan lain lain. Asam humic dapat dipecah ke dalam dua kelompok berdasar pada ukuran dan polaritas masing-masing komponennya.

Pecahan yang lebih kecil yang lebih polar dinamakan asam fulvic dan yang lebih besar yang bukan polar biasanya disebut asam humic. Asam humic adalah hasil akhir pembusukan bangkai binatang maupun tumbuh-tumbuhan yang sangat berperan penting dalam kesuburan tanah.

Asam tannin, lignin dan fulvic adalah sub kelas dari asam humic. Mereka semua mewarnai air sehingga menguning. Asam humic dan tannin mungkin sangat bermanfaat untuk banyak orang karena dapat menghambat berbagai jenis bakteri yang membahayakan kesehatan ikan peliharaan. Asam humic dan tannin juga dapat menyerap dan menetralkan racun dari bahan kimia logam berat seperti seng, almunium dan tembaga.

Terlalu banyak pemberian daun ketapang kering kedalam air dapat membuat pH semakin rendah. Maka sesuaikanlah pemakaian ketapang kering agar memberikan efek yang optimal kepada ikan.

Pakan Lele Alternatif

Pakan Alternatif merupakan salah satu Faktor Kunci Sukses Budidaya Lele. Maka disini akan di ungkapkan beberapa bahan pokok yang bisa di jadikan pakan alternatif.

Bekicot
Keong Mas
Cacing
resep bagaimana membuat membuat pakan alternatif untuk paka lele, sebagai berikut :
Lele adalah hewan scavengger (pemakan bangkai) dan bersifat
omnivora/apa saja dapat dimakan, termasuk saudaranya (kanibal)

1. dedak halus (karbohidrat)
2. tepung kedelai (protein)
3. tepung jagung (karbohidrat)
4. bekicot (protein)
5. cacing (protein)
6. tepung daun pepaya, lamtoro, (protein dan karbohidrat)


cara membuat
atur aja komposisinya tidak harus semuanya, cukup salah satu dari yang diatas,
1. 1,2,3,dengan porsi 50 :20 :30
2. 1,2,4 dengan porsi 50 :20 :30
3. 1,2,5 dengan porsi 50 :20 :30
4. 1,2,6 dengan porsi 50 :20 :30

cara membuat
1. semua bahan dicampur
2. aduk rata dengan air panas
3. lemparkan ke kolam dalam bentuk basah (untuk satu hari saja)
kalau ingin tahan lebih lama di cetak seperti pelet giling aja dengan gilingan daging and dijemur hingga kering,tahan hingga 3 hari(untuk kapasitas kecil ,1-10 kg perhari)

(b)
1. kalau dekat dengan peternakan ayam potong minta aja ayam matinya terus baker hingga bulunya abis setelah itu lemparkan ke kolam.
2. kalau dekat dengan sawah cari aja belalang yang banyak setelah itu lemparkan hidup2 pasti dimakan sama lele.
3. kangkung.
 

PAKAN LELE ALTERNATIF 2

selain cacing sebagai pakan alternatif lele yang pernah saya terbitkan di kategori perikanan, maka disini saya akan mencoba untuk memberi pakan alternatif lain, yaitu dengan menggunakan pelet.

Untuk praktisnya silahkan membeli pelet dengan kualitas paling rendah dan harga paling murah kemudian tambahkan Mioter 22 / M-22,
Atau Anda dapat mensiasasti dengan mengkombinasikan pakan pelet dengan ikan laut rucah.
Cara pemberian pakan pakai aplikasi produk 

Mioter 22 / M-22. semua campur jd 1 kemudian setiap pemberian pelet utk 4kg cukup campur 1 ttp viterna cmpr dgn air 1liter biarkan meresap kurang lebih 5 menit baru di kasih ke ikan.

Beberapa Cara Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ikan

Meningkatkan pertumbuhan ikan berarti meningkatkan pendapatan hasil budidaya. Pertumbuhan ikan yang relatif singkat akan mempercepat proses panen, sehingga perputaran uang pun akan cepat. cara untukmeningkatkan pertumbuhan ikan :

1. Pakan

Pemberian pakan yang tepat dan mencukupi akan mempengaruhi proses pertumbuhan. Ikan akan tumbuh optimum apabila diberi pakan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya, pakan yang baik adalah pakan yang mengandung nutrisi yang lengkap, yaitu cukup protein, lemak, karbohidrat, vitamin.

Nutrisi yang berperan dalam membantu proses pertumbuhan ikan yaitu protein, karena protein berperan dalam meningkatkan pertumbuhan. jadi ketika akan membeli pakan maka hal pertama yang perlu diperhatikan adalah kandungan protein pada pakan tersebut.


Pemberian pakan harus cukup tidak lebih dan tidak kurang. Bila pakan yang diberikan kurang maka proses pertumbuhan ikan akan menjadi lambat, tetapi apabila pakan yang diberikan kepada ikan berlebih maka hal ini juga tidak baik, karena bila pakan berlebih dan tidak dimakan oleh ikan maka pakan tersebut akan menjadi busuk di dasar kolam, sehingga akan menurunkan kualitas air kolam, sehingga ikan tersebut akan rentan terhadap timbulnya penyakit.

Pemberian pakan yang cukup yaitu sesuai dengan kebutuhannya pakan yang diberikan per hari berkisar antara 3 - 5% dari berat tubuh total ikan yang dipelihara.

2. Kualitas air

Kualitas air yang baik akan membantu proses pertumbuhan ikan. kualitas air menyangkut pada parameter , suhu, pH, oksigen, kecerahan, amoniak.
sarat kualitas air kolam yang baik untuk pertumbuhan ikan yaitu :
1. suhu 25 - 30 derajat celcius
2. pH 6,5 - 8,5
3. Oksigen > 4 mg/l
4. Kecerahan 25 - 30 cm
5. Ammoniak (NH3) <0,01 mg/l 3. Pengelolaan dan penanganan ikan akan tumbuh dengan baik apabila pengelolaan dan penanganan nya dilakukan dengan baik. pengelolaan yang baik yaitu menyangkut pada cara pemberian pakan, pengontrolan kualitas air, pengontrolan hama penyakit, pengontrolan faktor luar lingkungan hidup.

4. Keturunan

Pertumbuhan ikan yang baik adalah pada ikan yang mempunyai keturunan yang baik, induk yang jelas, dan benih ikan hasil seleksi. Jadi ketika akan memelihara ikan maka kita harus tahu asal usul dari ikan tersebut.

Teknik Pembudidayaan Lele Organik

Ada beberapa kelebihan Ikan Lele Organik dan ikan lele non organik, terutama untuk menghemat biaya dan rasa, juga sangat bermanfaat untuk kesehatan.

selain itu ada beberapa yuang bisa kita bandingkan dalam segi keuntungan. Untuk jumlah dan berat ikan lele 1 ton yang siap untuk dikonsumsi, pakan yang dibutuhkan jika memakai pellet bisa mencapai 1 ton.

Sedangkan jika menggunakan pakan organik Cuma membutuhkan 2.300 liter. Bobot ikan lele organik juga lebih berat dari non organik.
di sini saya akan memberikan beberapa tehnik dan cara untuk Budidaya Lele Organik. ada beberapa tahapan.

Tahap pertama:
Dalam hal penaburan benih, ada beberapa yang harus diperhatikan, sebelum benih ditebarkan, campurkan terlebih dahulu air bersih kolam dengan kotoran sapi yang sudah dikomposing, setelah tercampur, barulah dilakukan proses penebaran benih.

Tahap Kedua:
tahap ini dilakukan setelah ikan lele berumur 2 minggu. lakukan penyeleksian untuk memindahkan ikan lele yang berukuran 4-5 mm di kolam lain, setelah itu proses berlanjut ke 2 minggu kedepan hingga lele berukuran 10-20 mm. pencampuran makanan organik lele yang berasal dari kotoran sapi yang sudah dikomposing dilakukan kembali, namun untuk jenis komposing ini, tidak berupa kotoran padat, namun sudah berupa cairan.

Tahap budidaya lele yang terakhir adalah masa pemanenan. Ikan Lele organik siap dipanen pada minggu kedelapan. Cara pemanenan lele organik sama halnya dengan pemanenan lele biasa alias tidak ada perlakuan khusus.

Minggu, 01 September 2013

Obat tradisional untuk mengobati cacing pada kambing

Salah satu kendala dalam usaha pengembangan peternakan kambing di Indonesia, adalah penyakit yang disebabkan parasit terutama parasit interna yaitu helminthiasis (penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing). Penyakit yang cukup sering menyerang kambing ini umumnya disebabkan oleh cara pemeliharaan yang kurang diperhatikan sehingga infeksi yang parah dapat menyebabkan tingkat kematian yang cukup tinggi. Penyakit ini terkadang kurang mendapat perhatian dari peternak kambing terutama jika penyakit masih berlangsung pada tingkat awal disebabkan karena waktu serangan penyakit tersebut sulit diketahui dan gejala klinis yang terjadi masih umum yakni diare, anoreksia (nafsu makan berkurang), penurunan berat badan, kulit kasar dan kusam. Pada kambing penyakit ini sebagian besar disebabkan oleh cacing klas nematoda (cacing gilig) dan dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan meliputi kerugian penurunan produksi daging maupun susu baik secara kuantitatif maupun kualitatif, terhambatnya pertumbuhan dan produksi serta kematian ternak.
Penyakit cacing yang sering menyerang kambing sebagian besar disebabkan oleh jenis cacing sebagai berikut: Bunostomum sp, Oesophagostomum .sp, Trychoslrongylus sp., Trichuris sp., Haemonchus contortus, Taenia sp. Dan masih banyak jenis cacing lain yang merupakan parasit yang cukup patogenik, luas penyebaran dan tingkat infeksinya dapat mencapai 80%, sifat cacing pada umumnya adalah menghisap darah induk semangnya sehingga menimbulkan anemia, kadang-kadang juga di jumpai kebengkakan pada rahang bawah dan menjadi lebih rentan terhadap infeksi penyakit lain. Hewan yang terserang penyakit ini biasanya menunjukkan gejala antara lain tubuh kurus, kulit kasar dan kusam, anoreksia (nafsu makan berkurang), diare, konstipasi dan apabila diseksi (dibedah) dapat dijumpai gumpalan darah di dalam abomasumnya. Infeksi kronis dapat berjalan lama karena masih adanya sejumlah cacing dalam tubuh ternak, jika disertai asupan nutrisi yang jelek maka berakibat penurunan berat badan dan disertai penurunan protein dalam tubuh. Untuk itu diperlukan penanganan penyakit yang intensif untuk memberantas penyakit ini.
Pengendalian infeksi oleh parasit cacing dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontaminasi oleh parasit serta memberikan pengobatan dengan anthelmentik (obat cacing) yang telah teruji efikasinya untuk mengeluarkan parasit dari tubuh ternak, tetapi pada kondisi krisis seperti sekarang ini harga obat cacing semakin mahal dan mungkin tidak terjangkau oleh peternak di pedesaan karena biaya penggunaan obat cacaing dapat mencapai 50% dari seluruh total anggaran biaya pengobatan. Selain itu keberadaan obat hewan khususnya obat cacing cukup langka di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Tetapi penggunaan anthelmentik sendiri dikhawatirkan menimbulkan dampak-dampak negatif diantaranya dapat mengkontaminasi produk hewan (daging dan susu) dan dimungkinkan dapat terjadi resistensi, intoksikasi akibat pemakaian dosis yang berlebihan serta adanya residu dalam tubuh hewan disebabkan parasit cacing memiliki kemampuan genetika untuk mengembangkan sifat kebal terhadap anthelmentik (drug resistant). Kondisi tersebut dapat disiasati dengan penggunaan obat obatan tradisional sebagai alternatif pengobatan infeksi cacing yaitu dengan menggunakan tanaman-tanaman yang dengan mudah didapatkan di sekitar peternakan kambing serta mudah pula pengolahannya. Tanaman-tanaman yang dimaksud antara lain daun/getah pepaya, bawang putih, pinang, kulit nanas dan mengkudu.

Nanas (serbuk kulit buah)
Nanas merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi cacing pada kambing, khususnya cacing klas Nematoda. Beberapa hasil penelitian telah membuktikan keampuhan nanas sebagai obat cacing (anthelmentik) baik secara in vitro maupun in vivo. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa perasan buah nanas mempunyai efek terhadap cacing Ascaridia galli secara in vitro. Selain itu serbuk buah nanas yang dicampur dengan molasses juga mempunyai fungsi sebagai obat cacing seperti yang dilaporkan di Filipina, cukup efektif untuk menanggulangi infeksi cacing pada sapi, kambing maupun domba, sedangkan dalam bentuk bolus dengan dosis 200 mg/kg berat badan berhasil menurunkan jumlah telur cacing dalam faeces kambing. Sementara itu uji terhadap telur cacing menunjukkan bahwa ekstrak methanol kulit buah nanas tua asal Bogor dengan kepekatan 0,06%, kulit buah tua asal Subang 0,125% dan 0,03% secara bermakna berhasil mencegah telur untuk tidak menetas menjadi larva cacing H. contortus.
Pembuatan obat cacing dari kulit buah nanas cukup mudah, yaitu :
- Kulit buah nanas dipotong-potong ± 1 cm, dikeringkan selama 10-14 hari dalam suhu kamar, kemudian digiling hingga menjadi serbuk
- Serbuk kulit nanas (750 mg-1250 mg) dimasukkan dalam 100 ml air, kemudian diaduk sampai rata lalu diperas dengan menggunakan kain dan hasil perasan diminumkan ke ternak

Pepaya (Getah/Perasan Daun/Biji/Akar)

1. Getah pepaya
- Buah pepaya muda yang masih menggantung di pohon ditoreh membujur sedalam 1-5 mm dengan jarak torehan 1-2 cm
- Pada tempat torehan, getah yang keluar ditampung dengan wadah dari plastik yang diikatkan pada buah pepaya dengan selotip
- Tiap 100 ml getah yang tertampung ditambah dengan 2 tetes larutan Natrium Bisulfit 30% untuk mencegah oksidasi
- Jemur dibawah sinar matahari atau oven pada suhu 30-60oC sampai kering
- Getah yang sudah kering dihaluskan menjadi serbuk
- Serbuk getah pepaya dicampur dengan air dengan perbandingan 1:5
- Larutan tersebut dimunimkan atau diberikan lewat mulut menggunakan selang yang langsung ditujukan ke rumen
- Dosis untuk ternak : 1,2 gram/kg BB, setiap minggu 3 kali pemberian
2. Daun Pepaya
- Ambil 2-3 lembar daun pepaya yang tidak terlalu muda atau tua, haluskan dengan menambahkan sedikit air matang/bersih
- Peras dan saring larutan tersebut
- Hasil perasan diminumkan ke ternak sebanyak 2-3 sendok makan atau disesuaikan dengan berat badan ternak, setiap minggu 3 kali pemberian
2. Biji Pepaya
Cara 1 : ambil 1 sendok makan biji pepaya, tambahkan sedikit air, haluskan dengan blender, tambahkan 1 sendok makan madu lalu minumkan ke ternak
Cara 2 : biji pepaya dikeringkan lalu giling hingga menjadi serbuk, ambil sebanyak 10 gram dan didihkan bersama 150 ml air hingga larutan mendidih dan berkurang setengahnya, lalu minumkan ke ternak. Pemberian larutan sebaiknya 2 jam sebelum diberi pakan. Untuk pengobatan dapat diberikan 1 kali sehari semala 2-3 hari.
3. Akar Pepaya
Ambil 10 gram akar pepaya yang sudah dikeringkan, tambahkan 100 ml air dan didihkan hingga larutan berkurang setengahnya kira-kira selama 15 menit, lalu disaring dan airnya diminumkan ke ternak

Pinang
Biji buah pinang telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai campuran mengunyah sirih, tetapi ternyata biji buah pinang ini juga cukup efektif digunakan sebagai obat cacing. Selain mudah didapat, cara pembuatannya pun cukup mudah diantaranya :
Cara 1 :
Ambil 10 biji buah pinang yang hampir matang/tua, tumbuk hingga halus dan cairannya diminumkan ke ternak
Cara 2 :
- Ambil 10 biji buah pinang, ditumbuk halus, kemudian digoreng tanpa minyak (disangrai) atau bisa juga dijemur hingga kering lalu tumbuk sampai halus.
- Ambil 1 sendok makan hasil sangrai tersebut, kemudian campur dengan 250 ml air matang dan minumkan ke ternak
- Dosis pemberian : 30-50 cc untuk setiap ekor kambing dewasa dengan pemberian 1 bulan sekali. Untuk pengobatan dapat diberikan 1 kali sehari selama 2-3 hari dan biasanya cacing akan keluar dalam waktu 24-48 jam.
Yang perlu diperhatikan :
- Pengobatan ini dilakukan untuk kambing yang sedang bunting
- Sebelum pemberian obat, kambing dipuasakan dahulu selama 12 jam
- Setelah diobati kambing jangan diberi makan dahulu sampai 6 jam

4. Bawang Putih
Khasiat bawang putih sebagai obat cacing sudah tidak diragukan lagi, terutama untuk melawan infestasi cacing klas nematoda. Keuntungan lainnya adalah adanya kandungan antibiotika alami yang cukup aman dan tidak meninggalkan residu pada ternak sehingga dapat pula digunakan pada hewan yang masih muda.
Pembuatan obat cacing dari bawang puith adalah sebagai berikut:
- 2-3 siung bawang putih segar dihancurkan/ditumbuk dan perasannya langsung diminumkan ke ternak, atau bisa juga dicampur dengan konsentrat.
- Dapat juga digunakan daun bawang putih yang ditumbuk dan atau diberikan langsung ke ternak

5. Biji Labu Kuning
Sebagai anthelmentik, biji labu kuning relatif aman untuk kambing muda dan kambing yang sedang bunting maupun laktasi. Caranya adalah dengan menghaluskan biji labu kuning mentah sebanyak 50 gram, diberikan ke ternak dua kali sehari dalam kondisi perut kosong. Untuk pengobatan lakukan pemberian biji labu kuning selama seminggu berturut-turut, lalu lanjutkan dua minggu kemudian.

6. Mentimun
Pemberian buah mentimun segar dapat mencegah terjadinya infestasi cacing. Untuk pengobatan dapat dilakukan pemberian sekali sehari selama 5-7 hari.

Untuk pengendalian dan pencegahan selanjutnya perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pemberian ransum/makanan yang berkualitas dan cukup jumlahnya.
2. Menghindari kepadatan dalam kandang (Over Crowded).
3. Memisahkan antara ternak muda dan dewasa.
4. Memperhatikan konstruksi dan sanitasi (kebersihan lingkungan)
5. Menghindari tempat -tempat yang becek.
6. Menghindari pengembalaan yang terlalu pagi.
7. Melakukan pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan feses) secara teratur.
8. Segera pisahkan ternak yang terlihat sakit dan kumpulkan kembali apabila telah benar-benar sembuh.

MANFAAT SUPLEMENTASI PROBIOTIK DALAM PAKAN TERNAK

Penggunaan antibiotik atau antimikrobial sebagai bahan aditif dalam pakan telah berlangsung lebih dari 40 tahun. Senyawa antibiotik tersebut digunakan sebagai terapi maupun sebagai bahan aditif (growth promoter) dalam jumlah relatif kecil namun dapat meningkatkan efisiensi pakan (feed efficiency) dan reproduksi ternak sehingga penggunaan bahan aditif tersebut memberikan keuntungan yang lebih besar bagi peternak. Namun akhir-akhir ini penggunaan senyawa antibiotik tersebut mengalami penurunan, disebabkan beberapa hal diantaranya munculnya efek samping berupa residu antibiotik pada produk daging, telur dan susu yang dapat membahayakan konsumen yang mengkonsumsi produk-produk hewan tersebut serta dapat mengakibatkan resistensi mikroorganisme patogen dalam tubuh manusia sebagai konsumen maupun pada ternak itu sendiri (terutama bakteri-bakteri patogen seperti Salmonella, E. coli dan Clostridium perfringens ). Penggunaan senyawa antibiotik ini memang telah menjadi perdebatan yang sangat sengit antara para ilmuwan di beberapa negara Eropa sehingga saat ini sudah tidak mendapat tempat dengan diberlakukannya peraturan untuk membatasi atau melarang penggunaan zat aditif tersebut dalam pakan ternak, diantaranya Swedia tahun 1986, Denmark tahun 1995, Jerman tahun 1996 dan Swiss tahun 1999. Selanjutnya Masyarakat Uni Eropa berdasar regulasi nomor 1831/2003 menetapkan tonggak pemusnahan berbagai macam antibiotik dimana selama beberapa dekade terakhir merupakan sustan yang kerap digunakan oleh peternak di berbagai belahan dunia, akan tetapi pelarangan itu tidak menyeluruh, hanya terbatas pada jenis antibiotik tertentu misalnya avoparcin (Denmark), vancomycin (Jerman), spiramycin, tylosin, virginamycin dan chinoxalins (Uni Eropa). Hingga kini hanya tersisa empat antibiotik yang masih diizinkan penggunaannya dalam ransum ternak pada masyarakat Eropa yaitu flavophospholipol, avilamycin, monensin-Na dan salinomycin-Na.
Seperti yang dilaporkan di North Carolina (Amerika Serikat), penggunaan antibiotik pada ternak unggas mengakibatkan resistensi ternak terhadap Enrofloxacin, merupakan salah satu antibiotik yang direkomendasikan untuk membasmi bakteri Escherichia coli (Samadi, 2002). Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tanpa antibiotik terutama sebagai growth promotor, produksi ternak akan mengalami kemerosotan. Kontrol bakteri yang selama ini diperankan oleh Antibiotic Growth Promotor (AGP) hilang sehingga produksi terganggu oleh aktivitas bakteri patogen. Untuk itu perlu adanya upaya yang tidak bersifat kimiawi namun mampu mengambil alih tugas AGP dalam mengkontrol bakteri patogen. Sejumlah upaya telah dilakukan untuk mengembangkan alternatif yang sesuai untuk mengatasi dampak yang merugikan dengan pelarangan penggunaan antibiotik. Salah satunya dengan menggunakan bakteri.
Pada dasarnya sistem pengendalian bakteri untuk mengendalikan bakteri di dalam tubuh ada empat macam cara yakni (1) probiotik merupakan cara dimana ternak diberi tambahan bakteri tertentu, (2) prebiotik merupakan cara dimana ternak diberi tambahan nutrisi yang ditujukan untuk memberi media tumbuh bagi bakteri tertentu, (3) acidifire merupakan cara dimana tubuh ternak diberi tambahan makanan yang berfungsi untuk membantu menciptakan suasana asam di saluran pencernaan, dan (4) enzim merupakan zat yang berfungsi untuk membantu pencernaan zat makanan agar lebih mudah diserap oleh tubuh ternak. Namun dari keempat cara tersebut diatas, probiotik merupakan cara yang paling murah dan mudah didapat.
Saat ini penggunaan probiotik untuk memperbaiki produktivitas ternak semakin banyak menarik perhatian para peneliti maupun praktisi peternakan. Probiotik yang didefinisikan sebagai substrat mikroorganisme yang diberikan kepada manusia atau ternak melaui makanan dan memberikan efek positif dengan cara memperbaiki keseimbangan mikroorganisme alami di dalam saluran pencernaan, bila diberikan pada ternak dalam periode pertumbuhan akan berdampak lebih nyata. Probiotik dapat mengandung satu atau sejumlah strain mikroorganisme, dalam bentuk powder, tablet, granula atau pasta dan dapat diberikan kepada ternak secara langsung melalui mulut atau dicampur dengan air maupun pakan. Probiotik yang umum digunakan pada ternak dibagi menjadi dua kelompok yaitu, yang berasal dari bakteri dan fungi. Bakteri yang umum digunakan sebagai probiotik pada ternak berasal dari genus Bacillus, Bifidobacterium, Lactobacillus dan Streptococcus. Sementara itu, fungi yang umum digunakan adalah Aspergillus oryzae dan Saccharomyces cerevisae. Beberapa genus lain seperti Leuconostoc, Pediococcus dan Propionibacterium dapat juga digunakan sebagai probiotik pada ternak (Fuller, 1992). Mikroba tersebut dapat digunakan sebagai probiotik baik dalam bentuk tunggal maupun kombinasi beberapa spesies misalnya probiotik komersial mioter 22 dsb.
Penggunaan probiotik dalam ransum ayam dilaporkan tidak menimbulkan efek samping, namun penggunaan beberapa tipe probiotik akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap produktivitas ayam. Probiotik juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ternak tanpa mengakibatkan terjadinya proses penyerapan komponen probiotik dalam tubuh ternak, sehingga tidak didapatkan efek residu pada ternak yang menggunakannya (Bijanti, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Zainuddin dan Wahyu (1996) tentang pengaruh penggunaan probiotik dalam ransum ayam buras terhadap produksi dan kualitas telur, kadar air feses dan nilai ekonomis membuktikan bahwa ransum dengan 0,25% probiotik menunjukkan peningkatan produksi telur sebanyak 19-26%, pertambahan bobot telur, pengurangan kadar iar dalam faeces (faeces lebih kering), bau faeces berkurang dan peningkatan income over feed sebesar 43%.
Pada penelitian sapi potong dan sapi perah di Jawa Barat membuktikan bahwa pemberian probiotik mampu menaikkan produksi susu 15-20% dan produksi daging 20% sehingga dapat menekan biaya produksi. Pada sapi potong pemberian probiotik menunjukkan pertambahan kenaikan produksi daging mencapai 0,43 kg per ekor per hari pada sapi Brahman Cross dan kenaikan calving rate 50% yaitu dari rata-rata 1,5 menjadi 1 per ekor per tahun atau dari rata-rata 2 ekor anakan dalam 3 tahun menjadi 3 ekor anakan dalam 3 tahun pada sapi jenis Peranakan Onggole.
Produk-produk probiotik juga mampu menurunkan kadar kolesterol yang menjadi momok menakutkan bagi masyarakat kelas menengah ke atas. Dengan pemanfaatan probiotik, kini telah muncul produk ternak seperti telur rendah kolesterol, daging sapi rendah kolesterol, daging broiler bebas residu antibiotik dan banyak produk organik yang lain. Selain itu juga telah tersedia produk probiotik juga mampu mengurangi bau kandang yang berasal dari kotoran ternak. Produk probiotik tersebut mampu mendekomposisi limbah dan kotoran ternak untuk dijadikan kompos yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian.
Probiotik dapat dibuat dengan biaya relatif murah dan merupakan produk yang ramah lingkungan. Probiotik dapat juga digunakan untuk meningkatkan mutu pakan ternak, misalnya dedak padi. Berikut dijelaskan tips mengenai penyimpanan pakan ternak menggunakan probiotik. Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat adonan kultur sebagai berikut:
1. Sediakan pakan jadi berbentuk tepung (dedak) sebanyak 20 kg
2. Campurkan ¼ liter probiotik, ¼ liter tetes tebu dan air 10 liter
3. Fermentasikan selama 24 jam
4. Adonan ditempatkan di dalam wadah drum plastik dan ditutup rapat selama 3 hari
Adonan tersebut siap digunakan dan sebaiknya disimpan di tempat sejuk serta hindarkan dari sinar matahari dan air secara langsung. Adonan dapat disimpan dan bertahan selama 1 bulan. Sedangkan dosis dan cara penggunaannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk ayam starter sediakan 100 kg pakan tepung dan campur sampai rata dengan 7,5 kg adonan kultur
2. Untuk ayam petelur (layer), adonan kultur 5 kg dicampur ke dalam 100 kg pakan jadi tepung
Cara ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu bahan baku seperti dedak, jagung atau campuran keduanya dengan cara yang sama dengan membuat kultur. Selain itu cara ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan mutu dedak yang tengik atau menggumpal.

PENYAKIT-PENYAKIT PADA SAPI DAN CARA PENGOBATAN TRADISIONALNYA

Peternakan merupakan sub sektor pertanian yang cukup memberi andil besar dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat terutama protein hewan yang sangat berguna untuk kesehatan maupun kecerdasan otak. Protein hewani yang dimaksud disini adalah yang didapatkan dari daging sapi. Namun ketersediaan daging sapi di dalam negeri cukup terbatas dikarenakan rendahnya populasi sapi yang dimiliki oleh para peternak sapi akibat munculnya berbagai macam penyakit yang cukup meresahkan para peternak, sedangkan biaya pengobatannya pun cukup mahal. Untuk itu dalam tulisan ini saya akan mencoba merangkum beberapa penyakit yang sering menyerang ternak sapi dan cara pengobatan tradisionalnya, baik yang belum maupun yang sudah saya lakukan.

DIARE
Diare merupakan sebuah kata umum yang digunakan untuk menggambarkan keadaan sapi yang mengalami sakit mencret. Diare pada ternak khususnya sapi bukan merupakan sebuah penyakit, tapi lebih merupakan tanda atau gejala klinis dari sebuah penyakit yang lebih komplek yang bisa disebabkan oleh berbagai hal. Pada dasarnya diare adalah sebuah gejala klinis yang menunjukkan adanya perubahan fisiologis atau patologis di dalam tubuh terutama saluran pencernaan. Gejala yang bisa kita perhatikan dari mencret meliputi perubahan konsistensi (keras atau tidaknya) feses, warna feses, bau feses, dan keberadaan benda atau bahan yang terbawa di dalam feses pada waktu feses keluar. Untuk itu harus dibedakan gejala yang terjadi karena pengobatannya pun akan berbeda.
Penyebab Diare
Penyebab timbulnya diare pada ternak sapi dapat dibedakan menjadi 2 yakni :
1. Faktor / Perubahan Fisiologis
Ciri-ciri :
- Tubuh masih terlihat sehat (tidak pucat dan tidak lesu)
- Masih mau makan
- Feses lembek sampai cair tanpa disertai perubahan lainnya (tidak berbau, berlendir atau disertai bercak darah/segmen-segmen cacing)

Gejala yang terjadi diatas merupakan diare yang disebabkan oleh perubahan fisiologis misalnya perubahan lingkungan ternak, meliputi perubahan pakan, perpindahan ternak, perubahan cuaca, dan pergantian pemeliharaan. Untuk itu cara penanganannya adalah dengan tidak melakukan perubahan yang mendadak dalam hal pakan, perpindahan lokasi kandang dan sebagainya agar ternak tidak stres. Selain itu untuk mengganti cairan tubuh yang hilang maka diberikan cairan elektrolit terutama air, bikarbonat, sodium dan potassium atau larutan garam agar tidak terjadi dehidrasi yang lebih lanjut. Berikut disajikan resep cairan elektrolit yang dapat digunakan sebagai pertolongan pertama untuk mengatasi diare :

• 3 kotak kecil kaldu sapi instan (bisa juga menggunakan 1 sachet kaldu sapi)
• 1 sachet agar agar bubuk
• 2 sendok garam
• 2 sendok soda kue/baking soda/sodium bicarbonate/NaHCO3 (Anonimusa, 2006)
Selain untuk mengembalikan keseimbangan cairan tubuh juga diperlukan pengobatan untuk mengurangi gejala yang terjadi agar tidak menjadi lebih parah.

2. Faktor Penyakit/Agen Infeksi
Diare dapat juga disebabkan oleh agen-agen infeksi, diantaranya bakteri, virus ataupun parasit. Gejala klinisnya pun berbeda dengan diare yang disebabkan oleh perubahan fisiologis, diantaranya adalah:
- Diare profus (terus-menerus)
- Feses lembek sampai cair, berwarna gelap/kehitaman, berbau busuk, kadang disertai lendir, bercak darah/segmen cacing yang keluar dari lubang anus
- Tubuh terlihat kurus, pucat, lemah dan lesu
- Dari mata dan hidung keluar eksudat / lendir
- Bulu kasar, kaku dan rontok
- Nafsu makan menurun
- Merejan/merintih
- Punggung melengkung
- Jalan sempoyongan atau bahkan sampai ambruk
Penanganan bagi ternak yang terkena diare dengan gejala klinis seperti di atas selain dengan cara penggantian cairan tubuh yang hilang sebagai pertolongan pertama juga dilakukan pengobatan untuk menghentikan gejala diare atau mengatasi penyebab diare. Berikut ada beberapa resep lain yang dipercaya masyarakat dapat digunakan untuk menangkal diare pada sapi, baik sapi pedet maupun sapi dewasa gejala diare yang masih dalam stadium awal :
a. Bahan : arang tempurung kelapa
Cara membuat :
- Tumbuk halus arang tempurung kelapa.
- Ayak, lalu tampung dalam wadah yang mudah disimpan.
Cara Pengobatan
Untuk mengobati sapi berikan sebanyak 50 gram per oral
b. Bahan : Minyak kelapa 500 ml
Cara Pengobatan :
Minumkan untuk pengobatan seekor sapi
c. Bahan : daun jambu biji 200-300 kg
Cara pengobatan : diberikan secara langsung maupun bisa ditumbuk, ditambahkan sedikit air lalu diminumkan ke ternak. Dosis untuk seekor sapi
d. Daun nangka maupun buah nangka yang masih muda dan baru tumbuh diberikan secara langsung maupun ditumbuk dan dicampur sedikit air lalu diminumkan ke ternak
e. Campur dan haluskan temu ireng, kunir, kencur, lempuyang dan tempe busuk masing-masing 200-300 gram, dimasukkan ke dalam plastik dan didiamkan selama 1 malam lalu diperas. Hasil perasan diminumkan 3 kali sehari selama 2 hari.
f. Campur dan haluskan lempuyang 3 biji, gula pasir 250 gram lalu tambahkan 10 liter air masak dan diminumkan ke ternak dengan dosis 1 liter/ekor 3 kali sehari (Anonimus, 1994)
• Pisahkan sapi dara dan sapi yang lebih dewasa, tingkat imunitas dari pedet yang dilahirkan sapi dara secara umum lebih rendah daripada pedet yang dilahirkan sapi dewasa.
• Hindari tempat melahirkan yang basah dan lembab, proses kelahiran dapat dilakukan di padang penggembalaan apabila cuaca dan tempat memungkinkan. Lingkungan ideal untuk melahirkan adalah padang/lapangan rumput yang tidak terlalu curam, tersedia penahan angin (windbreak), cuaca hangat dan kering. Ingatlah bahwa penyebab diare adalah udara lembab, dingin, basah dan lingkungan yang kotor.
• Apabila melahirkan di tempat yang sempit, apabila kondisi memungkinkan, pindahkan induk dan anak ke lapangan rumput yang bersih segera setelah melahirkan. Lindungi pedet (dengan kandang portable) dari udara dingin, hujan atau serangan binatang buas
• Isolasi pedet yang diare secepat mungkin. Bersihkan dan desinfeksi lingkungan kandang. Isolasi sedini mungkin sangat kritis untuk menghindari penyebaran diare pada pedet lain.
• Pastikan induk dan anak dalam kondisi yang baik, terapkan program pakan dan nutrisi untuk memastikan ternak tumbuh sehat dan kuat.
• Berikan larutan iodine (betadine, atau minimal obat merah) pada ari ari pedet, sedini mungkin setelah dilahirkan.
• Minta saran dokter atau mantri hewan mengenai vaksinasi atau perawatan kesehatan yang dapat diberikan

KEMBUNG (TYMPANI/BLOAT)
Penyakit kembung perut yang diderita sapi, dapat menyebabkan kematian karena struktur organ sapi yang unik. Dimana pada sapi, jantungnya terletak disebelah kanan perut, bukan dibagian dada seperti halnya manusia. Hal tersebut akhirnya menyebabkan jantung sapi terhimpit oleh angin dan asam lambung saat menderita kembung. Karena kembung yang terjadi, mendesak dan mengakibatkan perut sapi membesar kesamping. Kematian pada sapi yang menderita kembung perut, biasanya rentan terjadi karena ketidaktahuan dan salah penanganan oleh peternak. Saat sapi mengalami kelumpuhan dengan perut yang kembung, banyak peternak yang memposisikan sapi mereka telentang. Hal itu menyebabkan, jantung sapi terhimpit dengan lebih cepat. Namun penyakit kembung perut tidak membahayakan atau menular kepada binatang lain atau manusia, daging sapi yang terserang penyakit inipun masih aman untuk dikonsumsi (Purnomo, C. 2010).

Gejala Klinis Kembung
• perut bagian kiri atas membesar dan cukup keras, bila ditepuk akan terasa ada udara dibaliknya, dan berbunyi seperti tong kosong
• ternak merasa tidak nyaman, menghentakkan kaki atau berusaha mengais-ais perutnya
• ternak sulit bernafas atau bernafas melalui mulut
• sering berkemih/kencing dan mengejan
• hidung kering
• nafsu makan turun/tidak mau makan sama sekali
• pada kasus yang berat akhirnya tidak dapat berdiri dan mati

Cara Pencegahan
1. Jangan memberikan hijauan atau leguminosae segar, apalagi yang berusia muda di pagi hari. Berikan sarapan pada sapi rumput kering atau hijauan yang telah dilayukan. Beberapa penelitian menyebutkan, pelayuan selama 2 – 3 jam sudah cukup menurunkan kandungan air. Suatu kebiasaan yang baik apabila peternak memberikan terlebih dahulu hijauan yang dipanen pada hari kemarin untuk diberikan pada pagi hari ini. Bila tidak tersedia hijauan kering, berikan konsentrat atau hijauan segar dalam kuantitas yang kecil dan perlahan-lahan.
2. Jangan lepaskan ternak di padang penggembalaan di pagi hari apalagi dalam keadaan perut kosong. Awali dengan rumput kering untuk meredakan nafsu makan atau tunggu ketika matahari mulai naik dan embun sudah menguap. Hal yang sama juga berlaku apabila rumput penggembalaan basah oleh air hujan.
3. Observasi ternak di padang penggembalaan minimal 2 jam setelah diumbar. Pada rentang waktu ini biasanya bloat terjadi. Bila terlihat ada gejala, jangan terburu-buru menariknya dari grazing area, seringkali bloat dapat sembuh dengan sendirinya. Apabila gejala berlanjut, segera beri tindakan.
4. Pastikan perut ternak terisi rumput kering/hay/serat sebelum digembalakan pada awal musim hujan. Hal ini akan mengurangi asupan rumput segar sehingga memungkinkan rumen lebih mudah beradaptasi dengan menu baru yang segar perlahan-lahan.
5. Berikan hijauan dalam bentuk kasar. Jangan potong kecil-kecil hijauan. Semakin kasar potongan hijauan (misalnya hijauan utuh) akan semakin lambat mikrobial rumen mencerna sehingga meminimalkan kemungkinan bloat.
6. Cara pemberian hijauan (dan konsentrat) sedikit demi sedikit tapi dengan frekuensi yang sering adalah paling baik, sayangnya ini akan merepotkan peternak sendiri.
7. Beberapa ternak seringkali mengalami bloat berulang yang kronis. Mungkin disebabkan oleh faktor genetis. Bisa dipertimbangkan untuk di afkir saja.
8. Karena sebagian besar penyebab bloat adalah proses pencernaan oleh mikroorganisme, pemberian probiotik terutama pada sapi muda dapat membantu memperbaiki fungsi rumen.

Cara Pengobatan
1. Ganti menu hijauan segar dengan daun kering/hay. Hal ini akan membantu pada bloat ringan. Membawa ternak berjalan-jalan juga dapat membantu.
2. Bila masih berlanjut, berikan anti foam. Secara tradisional berupa minyak nabati atau lemak. Minyak bertugas sebagai pengurai buih, dapat menggunakan minyak nabati atau minyak sayur atau minyak goreng pada dosis 150 – 300 ml segera setelah bloat terdeteksi. Susu murni sebanyak 1 liter juga dapat dijadikan alternatif untuk membuyarkan buih. Obat modern anti foam untuk mengobati timpani juga tersedia dalam berbagai merek, dapat diperoleh di toko-toko obat hewan.
3. Dengan menggunakan selang (ukuran ¾” sampai 1” diameter) sepanjang 2 – 3 meter yang dilumuri dengan minyak, dimasukkan melalui mulut melalui esophageal (tenggorokan) sampai mencapai rumen untuk membantu mengeluarkan gas dari dalam rumen. Selang ini sering disebut selang esophagus/stomach tube. Cara ini terkadang berhasil namun cukup berbahaya karena dapat menganggu bagian dalam ternak. Sebaiknya mintakan saran pada dokter hewan atau latihlah dahulu sebelum bloat terjadi.
4. Apabila cara diatas tidak terlihat manjur dan kondisi ternak sudah tidak bisa berdiri sementara dokter hewan belum datang, anda harus melepaskan tekanan gas dengan paksa dengan cara melubangi dinding perut sapi. Bisa dengan menggunakan trokar (semacam penusuk, mirip paku tapi lebih besar) yang ditusukkan pada perut kiri atas, di belakang tulang rusuk. Gas yang terjebak dapat keluar melalui lubang tersebut. Apabila trokar tidak tersedia, sembarang alat yang tajam sepeti jarum suntik, jarum besar atau paku dan pisau bisa juga digunakan untuk membuat lubang sedalam kira-kira 2.5cm. Setelah ditusukkan, pisau jangan dicabut, tapi diputar miring sehingga gas bisa keluar. Namun demikian tindakan ini sebaiknya dipandang sebagai cara terakhir, karena bila salah dapat merobek rumen. Apabila ini terjadi dokter harus melakukan jahitan dan memberikan antibiotik untuk menghindari infeksi.

Beberapa resep tradisional lain untuk mengobati bloat yang dapat diaplikasikan antara lain:
a. Daun kentut atau sembukan 3 genggam dan bawang merah 20 buah. Parut halus daun kentut dan haluskan bawang merah. Campur kedua bahan dan tambahkan garam. Campur air dalam botol dan minumkan. Dosis untuk satu ekor sapi dewasa.
b. Getah pepaya 2 sendok makan. Garam dapur 1 sendok makan. Campurkan secara merata dan tambah air dalam botol air mineral kemudian diminumkan. Dosis untuk satu ekor sapi pedet (Anonimus, 1994)
c. Campur 100 gr asam jawa dan 100 ml air putih, diremas-remas lalu disaring dan 3 sendok makan garam yang diberikan secara terpisah. Cara pemberian obat yakni ternak dalam posisi berdiri, kepala dikondisikan mendongak, mulut dibuka, kemudian dalam kondisi mulut menganga garam dilempar dengan sedikit sentakan dan usahakan mengenai faring agar menimbulkan rasa geli sehingga memacu saraf ternak untuk batuk atau mendehem, kemudian baru larutan asam garam tersebut diminumkan sehingga sisa-sisa garam ikut tertelan. Larutan asam ini nantinya akan mengeluarkan lendir yang mengandung gas beracun dengan cepat. Sehingga, reaksi batuk ini akan memacu lendir keluar dan akhirnya ternak bisa bernafas kembali. Dosis pemberiannya dapat bertahap, tergantung tingkat serangan, umur dan berat badan. Satu formulasi larutan 100 gr asam jawa ini untuk menyembuhkan stadium awal pada ternak dewasa. Kita ambil standar ternak dewasa dalam arti satu kali melahirkan (ternak betina). Pemberian obat 3 kali sehari, 1 kali minum adalah 1 sendok teh garam atau 2 kali sehari, 2 kali minum- 1,5 sendok teh garam (Anonimusb, 2006).

PENYAKIT CACINGAN (HELMINTHIASIS)
Penyakit yang disebabkan oleh cacing merupakan kejadian yang cukup sering menyerang ternak sapi. Penyakit yang cukup sering menyerang sapi muda (pedet) dan biasanya terjadi pada musim hujan atau dalam kondisi lingkungan yang basah atau lembab ini umumnya disebabkan oleh cara pemeliharaan yang kurang diperhatikan sehingga infeksi yang parah dapat menyebabkan tingkat kematian yang cukup tinggi. Cacing memang memerlukan kondisi lingkungan yang basah, artinya cacing tersebut bisa tumbuh dan berkembang biak dengan baik bila tempat hidupnya berada pada kondisi yang basah atau lembab, selain itu perlu juga diwaspadai kehadiran siput air tawar yang menjadi inang perantara cacing sebelum masuk ke tubuh ternak.
Pada peternakan rakyat dengan sistem pemeliharaan yang masih bersifat tradisional yakni dengan membiarkan ternaknya mencari pakan sendiri meskipun pada lingkungan yang disinyalir telah terkontaminasi dengan cacing akan lebih memudahkan ternak terinfestasi cacing ketimbang sapi yang dipelihara dengan sentuhan pemeliharaan modern.

Gejala Klinis
- Diare profus (terus-menerus)
- Faeces lembek sampai encer, berlendir dan disertai keluarnya segmen-segmen cacing dari lubang anus
- Anoreksia (nafsu makan berkurang)
- Penurunan berat badan
- Bulu kasar, kusam, kaku dan berdiri (dapat dilihat pada Gambar 3.)

Cara Pengobatan
Tingginya harga obat cacing dapat disiasati dengan penggunaan obat obatan tradisional sebagai alternatif pengobatan infeksi cacing yaitu dengan menggunakan tanaman-tanaman yang dengan mudah didapatkan di sekitar peternakan kambing serta mudah pula pengolahannya. Tanaman-tanaman yang dimaksud antara lain daun/getah pepaya, bawang putih, pinang, kulit nanas dan mengkudu.
a. Bahan-bahan
- Biji lamtoro kering 20 gram
- Temu hitam 1 rimpang
- Tempe busuk 2 potong
- Terasi 1 jari
- Garam halus 1 sendok makan
Cara Membuat :
- Goreng biji lamtoro jangan sampai hangus
- Tumbuk halus temu hitam, tempe busuk, dan terasi
- Campurkan semua bahan hingga merata, kemudian tambahkan air secukupnya.
Cara Pengobatan : Minumkan untuk mengobati seekor anak sapi (Liptan BIP Irian Jaya).
b. Bahan-bahan
- jengkol 2 buah
- Bawang putih 2 buah
Cara membuat
- Parut halus jengkol
- Haluskan bawang putih
- Campurkan kedua bahan tersebut dan tambahkan garam sedikit.
Cara Pengobatan : Minumkan untuk mengobati seekor sapi (Liptan BIP Irian Jaya).
c. Getah pepaya :
- Buah pepaya muda yang masih menggantung di pohon ditoreh membujur sedalam 1-5 mm dengan jarak torehan 1-2 cm
- Pada tempat torehan, getah yang keluar ditampung dengan wadah dari plastik yang diikatkan pada buah pepaya dengan selotip
- Tiap 100 ml getah yang tertampung ditambah dengan 2 tetes larutan Natrium Bisulfit 30% untuk mencegah oksidasi
- Jemur dibawah sinar matahari atau oven pada suhu 30-60oC sampai kering
- Getah yang sudah kering dihaluskan menjadi serbuk
- Serbuk getah pepaya dicampur dengan air dengan perbandingan 1:5
- Larutan tersebut diminumkan atau diberikan lewat mulut menggunakan selang yang langsung ditujukan ke rumen
- Dosis untuk ternak : 1,2 gram/kg BB, setiap minggu 3 kali pemberian
d. Bawang Putih
Khasiat bawang putih sebagai obat cacing sudah tidak diragukan lagi, terutama untuk melawan infestasi cacing klas nematoda. Keuntungan lainnya adalah adanya kandungan antibiotika alami yang cukup aman dan tidak meninggalkan residu pada ternak sehingga dapat pula digunakan pada hewan yang masih muda.
Pembuatan obat cacing dari bawang putih adalah sebagai berikut:
- 2-3 siung bawang putih segar dihancurkan/ditumbuk dan perasannya langsung diminumkan ke ternak, atau bisa juga dicampur dengan konsentrat.
- Dapat juga digunakan daun bawang putih yang ditumbuk dan atau diberikan langsung ke ternak

Cara Pencegahan
1. Pemberian ransum/makanan yang berkualitas dan cukup jumlahnya
2. Menghindari kepadatan dalam kandang
3. Memisahkan antara ternak muda dan dewasa
4. Memperhatikan konstruksi dan sanitasi (kebersihan lingkungan)
5. Menghindari tempat -tempat yang becek
6. Menghindari pengembalaan yang terlalu pagi
7. Melakukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan secara teratur

KURANG NAFSU MAKAN (ANOREXIA)
Anorexia memang bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan gejala klinis yang mengikuti berbagai macam penyakit baik yang disebabkan oleh bakteri, virus maupun protozoa. Pada umumnya sapi yang terserang suatu penyakit ditandai dengan gejala anorexia dan merupakan gejala penyakit yang sering dikeluhkan pertama kali oleh para peternak kepada dokter maupun mantri hewan. Anorexia bukan hanya disebabkan oleh terserangnya penyakit saja, tetapi dapat juga disebabkan sapi tersebut stres karena pergantian jenis pakan yang mendadak, perpindahan lokasi kandang maupun transportasi yang terlalu jauh. Berikut dijelaskan ramuan penambah nafsu makan untuk ternak yang kurang sehat :
a. Daun talas 15 lembar dan garam dapur 15 sendok makan direbus 15 menit, daun yang sudah matang dijadikan pakan untuk seekor sapi.
b. Mentimun 2 buah, diparut lalu dicampur garam dapur, asam jawa, terasi dan air secukupnya. Ramuan ini adalah dosis untuk seekor sapi untuk sekali pemberian (Suwandi, 2008). (CT-115)